Minggu, 04 Mei 2014

Experience Seoul, South Korea (HARI KELIMA)

Rabu, 16 Januari 2013

Hari kedua KMUN.

Pagi-pagi sekali aku dan Dephie sudah terbangun. Awalnya Dephie yang terlebih dahulu bangun dan mulai membuat suara gaduh. Dia terus berteriak dan berusaha membangunkanku.

"Salju!" berkali-kali Dephie berteriak perlahan seolah takut membangunkan pengunjung lain yang sedang tertidur pulas. Aku segera berlari ke dapur dan benar saja apa yang kami lihat... Salju turun! Itu adalah pengalaman pertama kami melihat hujan salju yang begitu indah. Salju terus saja bergerak turun perlahan seperti es serut yang langsung mencair ketika bersentuhan dengan tangan. Kami sungguh sangat senang melihatnya.



Kami memutuskan untuk segera mandi dan berganti pakaian—terlalu takut jika saljunya akan berhenti. Kami jelas terlihat norak saat itu.


Saat turun ke jalan, kami tidak henti-hentinya memandangi langit di mana salju merangkak turun perlahan. Kami bahkan mulai menangkapi butiran salju itu walaupun orang-orang yang lalu lalang terlihat berusaha menghindari hujan salju di bawah payung mereka sembari berjalan dengan langkah cepat.

Hujan Salju Pertama Kami

Jalanan di Depan Hostel

Setelah puas berfoto-foto, akhirnya kami memutuskan untuk segera menuju Korea University karena kami tidak ingin terlambat terlebih kami tahu benar bagaimana orang Korea jika sudah berhubungan dengan waktu.

Saat kami tiba di Korea University, betapa terkejutnya kami saat menemukan kondisi lapangan utama Korea University yang sudah berlapiskan salju putih. Sepertinya belum ada yang datang ke kampus karena kami sama sekali tidak menemukan jejak kaki di atas hamparan salju dan melihat salju di sepanjang mata memandang sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan.

Di Lapangan Utama Korea University






***ETIKA BERFOTO***
Kami mengambil foto di setiap jengkal kaki kaki melangkah. 
Kami sangat suka berfoto dengan objek diri kami di dalam foto. 
Jadi jangan heran jika jarang ditemukan foto di mana tidak ada kami di dalamnya. 
Harap dimaklumi.


Dikarenakan kami masih mempunyai banyak waktu sebelum konferensi dimulai, kami mencoba berkeliling kampus. Korea University terlihat begitu modern di setiap ruangannya. Kami melewati perpustakaan yang begitu tertib dan didukung teknologi yang begitu maju. ATM terbesar di mana-masa. Salah satu tempat yang paling kami senangi adalah Unistore yang menjual semua perlengkapan kampus mulai dari buku, survenir khas Korea University, hingga kaos dan jaket almamater kampus. Bahkan Devi menghabiskan 700 ribu rupiah untuk membeli sebuah jaket yang menurutku indah tapi terlalu mahal!! Namun jelas jika mengunjungi Korea University, Unistore merupakan salah satu lokasi yang patut untuk dikunjungi!

Pukul 10 tepat, Committee Session kedua berlangsung. Bagi semua delegasi yang terlambat harus menuliskan note kepada pimpinan untuk mengabarkan keterlambatannya. Saat menjalani sesi kedua KMUN, aku banyak belajar dari teman-teman sesama delegasi tentang bagaimana kemampuan public speaking yang mereka miliki. Selain memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus, mereka juga memiliki kemampuan berdebat yang luar biasa. Teman sebangkuku, delegasi asal Korea yang mewakili Mexico merupakan salah satu delegasi yang pernah melewatkan masa kecilnya di New York sebelum dia pindah kembali ke Korea untuk kuliah. Jadi bisa dibayangkan bagaimana cara mereka dalam menghidupkan perdebatan dan negosiasi di KMUN.

Suasana di Komite ECOSOC


Kami melewatkan jam makan siang di kantin kampus di mana keteraturan sangat dijaga di sana. Ketika masuk ke kantin, kami dimintai kupon makan yang sudah terlebih dahulu dibagikan pada saat registrasi. Kemudian kami harus berbaris rapi dan mengambil makanan yang sudah disediakan oleh para petugas kantin yang berpakaian rapi ala koki. Makan siang kami cukup enak walaupun ada menu yang tidak halal. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, kami memulai lagi konferensi KMUN hingga jam menunjukkan pukul 7 malam ketika semua delegasi berpisah dan bersiap untuk hari yang panjang keesokan harinya.

Ketika hendak pulang, kami mendapatkan telepon lagi dari Hyeong yang ingin mengajak kami untuk makan malam lagi. Hyeong bahkan meminta kami untuk menunggu di depan gerbang kampus karena dia akan langsung menjemput kami ketika dia pulang dari kantor.



Di Depan Gerbang Utama Korea University

Dikarenakan kantornya yang berdekatan dengan Korea University, tidak lama waktu yang diperlukan oleh Hyeong untuk sampai di kampus dan menjemput kami. Udara malam itu begitu dingin hingga berkali-kali tanganku rasanya mati rasa. Bahkan telinga terasa beku dan bibir mulai mengering.

Kali ini entah ke mana lagi Hyeong membawa kami. Jalanan kota Seoul begitu lancar hingga kami tiba di sebuah restoran tradisional yang ternyata berada di seberang jalan dari apatermen Hyeong. Rupanya restoran ini merupakan salah satu restoran favoritnya.

Di dalam restoran sudah menunggu istri dan kedua anak Hyeong. Di sana pula kami bertemu kedua junior Hyeong yang tempo hari ikut makan malam bersama kami. Namun beberapa teman Hyeong juga ikut hadir sehingga malam itu menjadi begitu ramai dan penuh rasa kekeluargaan.

Beragam Makanan Khas Korea melimpah di atas Meja
Kami dihadapkan pada satu meja panjang yang penuh dengan makanan yang melimpah. Sakingnya banyaknya makanan yang tersedia hingga aku bingung mana makanan yang seharusnya kumakan terlebih dahulu. Saat itu pula di atas meja aku melihat sebuah minuman lain yang tidak kami temukan di malam terakhir kami makan bersama Hyeong. Mereka menyebutnya Makoeli yakni sejenis minuman beralkohol yang mirip tuak jika di Indonesia. Dari penampilannya, Makoeli terlihat seperti susu cair. Karena berasumsi jika minuman itu akan memiliki rasa yang tidak pas dengan lidahku, berkali-kali aku menolak tawaran Hyeong dan lebih memilih untuk minum soju. Walaupun suatu saat di malam dingin di Seoul, aku baru akan menyadari jika Makoeli merupakan salah satu minuman beralkohol paling enak yang pernah kuminum.

Salah satu makanan penutup unik yang diberikan Hyeong adalah sejenis beras gosong yang menempel di panci lalu dituangkan air putih. Rasanya sangat aneh dan aku sama sekali tidak menyukainya. Namun orang Korea sangat menyukai makanan itu karena dulu di waktu perang dan zaman kesusahan orang Korea, mereka tidak punya banyak makanan sehingga mereka terpaksa memakan nasi gosong yang hanya dituangkan air lalu dimakan. Aku dan Dephie sesungguhnya sangat terharu dengan apa yang dilakukan Hyeong kepada kami. Hyeong berusaha memilih makanan yang belum pernah kami makan seolah ingin kami mencoba semua makanan tradisional Korea.

Setelah selesai makan malam, kami akhirnya keluar dari restoran di tengah udara yang begitu dingin menusuk dan perut yang kenyang. Tapi sepertinya Hyeong masih tidak puas karena ketika berjalan di trotoar, kami mulai memasukki sebuah restoran lain lagi.

Sesaat aku dan Dephie saling memandang. Kemungkinan makan tiga kali yang berlangsung tempo hari akan terjadi lagi. Padahal kami sungguh sudah sangat kenyang. Tapi kami tidak ingin mengecewakan Hyeong terlebih berkat semua kebaikannya, kami masih ingin berlama-lama bersama keluarganya.

Untunglah di restoran kali ini kami tidak makan makanan berat dan hanya makan buah-buahan dan sup buah. Namun sup buah di sini sangat segar dan begitu nikmat. Kami melewatkan beberapa waktu bersama.

Sop Buah yang Terasa Begitu Segar di Tengah Udara Dingin Seoul

Setelah puas makan sop buah kami meninggalkan restoran dan mulai berpisah dengan istri Hyeong dan kedua anaknya. Mereka kemudian berjalan kaki menuju apartermennya yang ada di seberang restoran. Hyeong dan juniornya kemudian mengantar kami pulang ke hostel. Kami sungguh beruntung bisa bertemu Hyeong yang begitu menjaga kami ketika kami jauh dari keluarga.

Tiba di hostel, sepertinya Hyeong masih belum puas mengenalkan kami pada makanan Korea karena kemudian dia mulai mengajak kami masuk ke sebuah restoran tradisional yang terletak di salah satu gang di samping hostel kami. Aku dan Dephie sebenarnya sudah menolak ajakan itu karena tidak mungkin lagi kami makan terlebih sepertinya membeli makanan jika tidak dimakan akan sangat disayangkan. Namun Hyeong bersikeras jika restoran yang akan kami masuki merupakan restoran yang berbeda dan menu makanannya juga belum pernah kami coba.

Dan benar saja, restoran yang kami masuki merupakan salah satu restoran yang menyediakan menu makanan tradisional Korea. Dengan perut yang masih kenyang, aku berusaha makan lagi walaupun memang benar seperti kata Hyeong, makanan di restoran itu sangat enak!

***KEBIASAAN MAKAN DI KOREA***

Di restoran tersebut ada dua pria lain yang juga sedanag makan. Namun dari gelagatnya, sepertinya mereka lebih sibuk mengobrol dibandingkan menikmati makanannya. Sejak saat itu aku sadar jika orang Korea (umumnya pria) sangat suka berkumpul dengan teman-temannya dan menjalin hubungan yang erat dengan senior dan juniornya. Sehingga bisnis rumah makan di Korea sangat laris karena sebagian besar mereka akan menghabiskan waktu di luar jam kerja untuk mengobrol bersama teman dibandingkan menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga.
PS: Bahkan istri Hyeong mengeluhkan Hyeong yang lebih sering menghabiskan waktu untuk makan-makan di luar bersama teman-temannya..


Akhirnya setelah makan untuk ketiga kalinya, kami diantar kembali oleh Hyeong ke hostel dan malam sudah sangat larut. Membayangkan besok akan ada hari yang panjang di mana KMUN akan berlansung membuat kami segera memutuskan untuk beristirahat.

Seoul memang kota penuh kejutan! Dan dengan adanya Hyeong, kami tidak akan pernah ragu tersesat di kota sebesar Seoul.

Selamat malam, Hyeong... kami sangat merindukanmu....

***RINCIAN PENGELUARAN***
Nol rupiah
 


Experience Seoul, South Korea (HARI KEEMPAT)

Selasa, 15 Januari 2013

Hari ini fokus utama kami adalah KMUN... KMUN... dan KMUN! 

So... lupakan sejenak keinginan untuk mengelilingi setiap sudut kota Seoul sembari memastikan jika kami tahu apa yang harus kami lakukan untuk membawa kami menuju Korea University untuk hari pertama KMUN kami.

Korea Model United Nations (KMUN) Winter Conference yang kami ikuti sudah berlangsung selama 6 tahun berturut-turut dan selalu diselenggarakan oleh Korea University Anam Campus. Sekedar informasi, Model United Nations (MUN) merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan di banyak negara dari tingkatan SMA dan universitas. Tujuannya adalah memberikan pengalaman kepada para peserta mengenai isu-isu global yang berlangsung serta menyediakan sarana untuk belajar bernegosiasi, berdebat, hingga menjalin pertemanan. Untuk mengetahui tentang kegiatan MUN di berbagai negara dan kapan berlangsungnya, bisa dicek di website resminya di sini


Logo Korea Model United Nations (KMUN-2013)

Untuk mengikuti KMUN kita harus mendaftar sesegera mungkin ketika pendaftaran dibuka karena daftar peserta yang bisa mengikuti konferensi ini sangat terbatas. Selain itu KMUN merupakan salah satu konferensi MUN yang cukup diminati oleh beberapa perserta dari luar Korea, khususnya peserta asal Indonesia yang selalu saja berpartisipasi setiap tahunnya.

Dalam setiap konferensi MUN, peserta diberikan berbagai pilihan untuk mendaftar Student Officer, Administration Staff, ataupun peserta. Untuk mendaftar dan tahu informasi lebih mengenai Korea Model United Nations (KMUN) kita bisa mengakses semua informasi yang dibutuhkan di website resminya di sini

Program yang dibuka biasanya dibedakan menjadi dua, yakni bagi peserta yang pernah mengikuti MUN sebelumnya (experienced) dan bagi peserta pemula di MUN (standard). Setiap tahunnya, agenda yang dibuka berbeda misalnya International Court of Justice (ICJ), International Telecommunication Union (ITU), lain sebagainya. Saat mengikuti KMUN 2013, kami memilih program standard karena kami sama sekali belum pernah mengikuti MUN sebelumnya. Adapun agenda yang kami dapatkan adalah Economy and Social Council (ECOSOC).

***ABOUT ECOSOC***
ECOSOC merupakan satu dari lima badan inti dari PBB yang secara khusus 
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan sosial dan ekonomi di PBB. 
Dengan beranggotakan 54 negara, ECOSOC menyediakan forum khusus untuk membahas 
permasalahan-permasalahan mengenai kegiatan ekonomi dan sosial.
  
Terdapat dua agenda yang akan dibahas oleh delegasi dalam Komite ECOSOC, diantaranya: Krisis Kepadatan Penduduk di Dunia dan Perluasan Penggunaan ODA (Official Development Assistance) atau Bantuan Sosial Bagi Negara-Negara Berkembang. Sehingga sepanjang 4 hari kedepan, para peserta akan membahas semua permasalah mengenai kedua topik tersebut hingga akhirnya menghasilkan resolusi yang disetujui oleh mayoritas delegasi.

Sekitar satu minggu sebelum konferensi dimulai, para delegasi akan dikirimkan email mengenai peraturan yang sudah disusun rapi dalam sebuah booklet. Sepanjang berlangsungnya konferensi, para delegasi diharuskan mengenakan pakaian rapi dan resmi. Pria diharuskan mengenakan jas dan dasi sementara pria harus mengenakan blazer (Dephie bahkan harus membeli banyak perlengkapan untuk mengikuti konferensi ini). Setiap delegasi juga akan mewakili negara-negara yang terdaftar di PBB. Aku mewakili Mongolia dan Dephie mewakili Iran.

Satu tugas penting yang harus dilakukan sebelum berangkat konferensi berlangsung adalah melakukan riset mengenai negara yang akan kita wakili dan bagaimana pandangan negara tersebut tentang agenda yang akan dibahas. Semua riset tersebut dituangkan dalam sebuah halaman yang disebut dengan Position Paper. Position Paper merupakan salah satu bahan yang sangat penting karena melalui position Paper, seorang delegasi bisa mengetahui bagaimana harus bersikap selama berlangsungnya konferensi. Namun para delegasi hanya perlu memilih salah satu agenda dari dua agenda yang dibahas untuk ditulis di Position Paper-nya. Aku dan Dephie memutuskan untuk mengambil agenda Krisis Kepadatan Penduduk di Dunia.

Menulis Position Paper merupakan kegiatan yang menyebalkan karena kami harus melakukan riset mengenai sebuah negara yang asing dan harus menuliskannya dalam sebuah halaman mengenai kondisi negara tersebut sesuai dengan agenda yang akan dibahas. Selain itu dikarenakan waktu yang begitu singkat untuk mempersiapkan liburan serta KMUN, kami tidak punya banyak waktu untuk melakukan riset yang mendalam untuk menulis Position Paper.

Berikut ini contoh Position Paper aku waktu mengikuti KMUN 2013. Ini memang tulisan yang tidak bagus sama sekali karena dikerjakan ngebut dalam satu hari.

***POSITION PAPER***

Korea Model United Nations 2013
(Position Paper)

Committee      : The Economic and Social Council (ECOSOC)
Topic A           : Addressing the Global Population Crisis
Country           : Mongolia

The population in the world currently has reached more than 7 billion and it is predicted to reach 10.1 billion in the next ninety years (2103) according to the medium variant of the 2010 Revision of World Population Prospects. These numbers come from the high-fertility countries, which comprise countries such as Africa, Asia, Oceania, and Latin America. The population density in the world resulted people at risk of poverty; difficulty accessing primary health care, education, job; crime; violence and vandalism. Moreover, the imbalance population density between developed and developing countries will result disproportion development and social life structure on earth.

According to the United Nations Statistic Division, the population number of the Mongolia has reached up to 2,6 million in 2009. However, Mongolia is still in the range of the lowest population density countries in the world with population density of approximately 4 people per square mile. In order to deal with this drop in new babies, the government launched a medal called the "First Order of Glorious Motherhood" along with about $154 for women who have six or more children and a "Second Order of Glorious Motherhood" honor plus $77 for women who have four children. On the other hand, for married young women who had no kids, they had to pay a special tax.

The international community has made the issue of world population crisis as one of the world’s priority concern. On September 1994, The Fifth International Conference on Population and Development was held in Cairo. More than 180 States participated in this event to achieve the effective integrate population issues into socio-economic development proposals and also to gain a better quality of life for all individuals, especially those of future generations. In 1999, the United Nations came into a special General Assembly Session to review and appraise the implementation of the Programme of Action adopted at the 1994 Conference. It seems, the existence of the world population issue has become an important problem of the world.

The government has devoted a lot to projects to support the important of the balance population density around the world. Mongolia government is involved in the international NGOs working on the issues. One of the national priorities is maintaining the average annual population growth rate at no less than 1.8 percent. In 1992, the Ministry of Population Policy and Labor was established in Mongolia and an officer was appointed to deal with population problems. Mongolia put a highly concern about the world population crisis issue because the estimated annual population growth rate of Mongolia now is 1.54 percent; it is projected in the next 20 years, the population will be double.

Mongolian Government believes the population issue is a universal concern because it has expanded worldwide and the impact of the uncontrolled population will hit all nations. It should be maintaining either developed or developing country. And the cooperation between countries could gradually level of the birth rate to the replacement rate. Mongolia has recommended that it is the time for developed countries to support the developing countries to run out from this situation. Mongolia also supports the work of the UN about achieving the Millennium Development Goals which most of the goals refer to the world population issues. World population is increasing every second and it is our responsibility to control it together to support the world sustainable development strategy for a better future.

Setelah semuanya persiapan sudah dilengkapi dan kami sudah berpakaian rapi, pukul 9 pagi kami memutuskan untuk keluar dari hostel dan memulai perjalanan pertama kami menuju Korea University.

***KOREA UNIVERSITY***
Sebelumnya aku pernah menyebutkan mengenai perkerjaan volunteer kami sebagai LO sehingga kami kenal dengan Hyeong?
Nah... saat itu Hyeong membawa 15 mahasiswa dari jurusan olahraga Korea University ke Jakarta. Ya... benar sekali! Mahasiswa dari Korea University yang mempertemukan kami dengan Hyeong dan mendekatkan kami dengan Korea... dan saat ini kami sedang menuju ke kampus itu. Korea University!

Udara di luar hostel begitu dingin menusuk ketika kami keluar dengan pakaian yang begitu formal dan tas berisikan perlengkapan KMUN kami. Untuk sampai ke Korea University, kami menggunakan MRT menuju Stasiun Anam yang lokasinya ternyata sangat dekat dengan hostel. Agenda di hari pertama akan dimulai pukul 12.30 di mana semua delegasi harus mendaftar ulang untuk memastikan keikutsertaan mereka dalam konferensi KMUN.

Namun, kami memutuskan untuk keluar dari hostel lebih cepat dikarenakan kami sudah janji dengan Prof. Hong yang merupakan salah satu professor yang bekerja di Kementerian Perikanan dan Kelautan Korea. Perkenalan dengan Prof. Hong berlangsung di Jakarta ketika beliau menghadiri seminar tentang kerjasama kelautan dengan pemerintah Indonesia. Untunglah kantor Prof. Hong dekat dengan Korea University sehingga ketika kami memberitahukan jika kami akan mengunjungi Seoul, beliau begitu senang dan ingin bertemu kami. Maka kami langsung membuat janji untuk makan siang bersama Prof. Hong sebelum memulai KMUN kami.

***JAMUAN MAKAN ORANG KOREA***
Satu hal yang perlu diketahui tentang orang Korea yaitu mereka sangat bersahabat dan begitu senang untuk menjamu setiap tamunya. Mereka akan sangat senang jika bisa mengundang kita makan bersama terlebih jika kita memperlihatkan sikap menghormati dan menyukai makanannya.

Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai di Korea University. Kesan pertama melihat kampus ini adalah kemegahannya. Bangunan Korea University terlihat begitu mencolok dari kejauhan namun sayangnya mengadopsi ciri khas bangunan barat. Tidak terlihat adanya unsur tradisional walaupun nama kampus ini menyusung nama negaranya. Namun Korea University tetap megah dan indah. Terlebih lapangan utamanya yang membentang luas di mana di tengah-tengahnya terdapat air mancur yang sengaja dimatikan di musim dingin (namun saat itu seluas pandangan yang bisa kami lihat hanya hamparan salju yang membentang luas dan sangat langkah untuk dilihat). Menurutku, Korea University pantas untuk dimasukkan ke dalam itinerary perjalanan jika kita mengunjungi Korea. Tempat ini memang indah.


Seperti di Eropa





Di Atas Air Mancur di Tengah Lapangan Utama


Beberapa saat setelah itu kami melihat jika Prof. Hong sudah menunggu di depan gerbang utama Korea University di mana pilar-pilar indah menjulang tinggi dan terlihat indah. Prof. Hong mengajak kami untuk pergi makan siang dengan menaiki taksi. Beliau menanyakan makanan apa saja yang sudah kami coba selama di Korea dan beliau sangat ingin mengajak kami untuk makan Kalbi. Kalbi sendiri merupakan salah satu makanan termahal dan paling diminati di Korea. Kami jelas tidak pernah menolak jika diajak makan enak.

Bersama Prof. Hong di Gerbang Utama Korea University

Restoran yang kami tuju jelas sangat dekat dengan Korea University terlebih Prof. Hong tahu jika kami harus kembali ke universitas sebelum jam satu. Restoran yang kami datangi terlihat masih mengusung unsur tradisional dan menurut Prof. Hong, restoran tersebut merupakan salah satu restoran paling terkenal dengan menu andalan kalbinya.

Kalbi merupakan menu makanan di mana daging sapi dibakar langsung di tungku pembakaran yang terdapat di meja. Side dish-nya jelas banyak sekali. Aku sangat suka makan kalbi dengan menggulungnya pada daun salad lalu dicampurkan dengan berbagai jenis bumbu dan saus kemudian dimakan bersamaan. Saat itu juga pertama kalinya kami memakan mie dingin. Ini jelas salah satu makanan yang paling tidak kusukai karena mie ini sangat aneh rasanya. Bayangkan! Seumur hidup aku belum pernah memakan mie dengan kuah banyak dan hanya terdapat dua irisan daging sapi dengan mie panjang dan kenyal namun di tengah-tengahnya terdapat dua balok es batu! Wow! Konon mie dingin merupakan makanan favorite orang Korea di kala musim panas. Tapi lidah Indonesiaku sama sekali tidak cocok dengan makanan ini. Terlebih menurutku rasa mie dingin hambar seolah tidak mengunakan garam atau penyedap makanan.

Namun karena Prof.Hong ingin kami mencoba semua makanan yang belum pernah kami santap di Korea, makanya dia menginginkan kami mencoba mie dingin.

Mie Dingin yang Sayangnya Tidak Cocok di Lidahku

Seharusnya Makanan ini Disediakan di Saat Musim Panas

Kalbi. Jelas Makanan ini ENAK BANGET

Side Dish Makanan Korea Memang Banyak!

Bersama Prof. Hong

Setelah kenyang dan mengobrol banyak dengan Prof. Hong, akhirnya kami diantarkan kembali menuju Korea University. Kami mengucapkan salam perpisahan dan sangat berharap bisa bertemu lagi dengan beliua suatu saat nanti. Setelah itu kami memulai menjajaki hari pertama kami di konferensi KMUN.

***SEPUTAR KAMPUS DI KOREA***
Di Korea, terdapat tiga perguruan tinggi terfavorit dan menduduki peringkat tertinggi (ketiganya dianggap setara). Ketiganya adalah Seoul University, Korea University, dan Yonsei University.

Untuk sampai di tempat konferensi, kami harus berjalan dengan hati-hati melewati tumpukkan es yang menggunung dan licin. Di lobi gedung, kami sudah bisa melihat banyak sekali peserta yang berkumpul untuk melakukan daftar ulang peserta. Setelah mendaftar ulang dan mendapatkan name tag, kami segera menuju sebuah kelas yang dijadikan ruang untuk delegasi ECOSOC karena acara pembukaan akan segera dimulai.

Batu di Dekat Venue Acara



Name Tag KMUN

Salah satu kelemahan di KMUN menurutku adalah peserta yang banyak tidak diimbangi dengan gedung pelaksanaan yang memadai. Hal ini disebabkan kegiatan KMUN dilaksanakan di Gedung Pembelajaran Bahasa Korea Untuk Penutur Asing sehingga aula yang dijadikan sebagai venue untuk acara pembukaan tidak bisa menampung semua delegasi yang ikut. Oleh karena itu, hanya delegasi SMA yang diizinkan untuk masuk ke dalam aula dan mengikuti acara pembukaan secara langsung sementara beberapa delegasi lain harus puas mengikuti acara pembukaan dari layar projector di ruang kelas yang diproyeksikan secara langsung dari aula tempat dilaksanakan acara pembukaan.

Pukul 2 siang acara pembukaan dimulai dan berlangsung lancar. Kemudian kami mulai memasuki ruang tempat konferensi akan dimulai di mana semua delegasi sudah disediakan ruangan khusus sesuai komitenya masing-masing.

Ruangan kelas di Korea University menurutku sangat indah. Semuanya difasilitasi dengan layar proyektor yang bagus dan berkesan modern. Di dalam ruangan, semua bangku sudah diatur berdasarkan abjad nama negara yang akan diwakili oleh setiap delegasi. Di setiap meja sudah dilengkapi papan nama dan bendera negara yang diwakili.

Jujur selama mengikuti konfrensi KMUN ini, aku sangat tidak siap dengan semuanya, terlebih dengan position paper yang ditulis hanya dalam waktu satu hari dan minimnya informasi mengenai kegiatan MUN. Dikarenakan hari itu adalah hari pertama, maka setelah dilakukan pengenalan peraturan dan latihan bagaimana kegiatan MUN berlansung, kami memulai session pertama dan selesai pukul 7 malam.

***TERTIB WAKTU DI KOREA***
Di Korea, jam karet tidak berlaku. Orang Korea
sangat menghargai waktu dan selama konferensi berlangsung,
semua berlangsung TEPAT WAKTU!
Tidak meleset sedetikpun.

Di hari pertama kami sudah mulai berteman dengan anggota sesama delegasi di ECOSOC. Di komite kami, delegasinya didominasi oleh peserta asal Korea. Kami bertemu dengan sembilan mahasiswa asal Indonesia, satu mahasiswa dari Hongkong, dan satu lagi peserta dari Finlandia yang sedang menempuh pendidikan di Korea University.


Malam itu setelah acara bubar, aku dan Dephie memutuskan untuk makan malam bersama dengan teman baru kami dari Hongkong yang bernama Christy. Dia merupakan salah satu mahasiswa yang cantik dan cerdas. Christy mengikuti KMUN bersama dua orang temannya, yakni Leo dan Shandy di mana keduanya sama-sama tergabung di program Experienced. Namun sangat disayangkan Leo tidak bisa makan malam bersama kami.

Tidak jauh dari Korea University, kami menemukan sebuah tempat makan yang sederhana tapi terlihat enak. Makanan yang kami makan sama persis dengan makanan kami malam sebelumnya bersama Hyeong dan keluarganya. Sebagaian besar makanan di Korea dimasak lansung di atas meja dan orang Korea sangat suka memasak makanannya sambil mengobrol dan meneguk soju. Namun untuk pengunjung atau turis, si pemilik restoran akan tahu dan mereka akan membantu kita dalam memasak.

Makan Malam Bersama Christy dan Shandy

Kreasi Pemilik Restoran

Kami mengobrol hingga malam bersama Christy dan Shandy. Kami sangat senang bertemu mereka karena keduanya begitu bersahabat. Setelah malam mulai larut, kami memutuskan untuk pulang kembali ke hostel karena besok pagi committee session pertama akan berlangsung pukul 10 pagi—TEPAT PUKUL 10.

Hari pertama kami selama KMUN ternyata tidak begitu buruk. Mengikuti konferensi internasional seperti ini jelas banyak memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbanyak teman dari berbagai negara—dan kami suka hal itu.

***RINCIAN PENGELUARAN***
Makan Malam: 100 ribu rupiah