Selasa, 15 Januari 2013
Hari ini fokus utama kami adalah KMUN... KMUN...
dan KMUN!
So... lupakan sejenak keinginan untuk
mengelilingi setiap sudut kota Seoul sembari memastikan jika kami tahu apa yang
harus kami lakukan untuk membawa kami menuju Korea University untuk hari
pertama KMUN kami.
Korea Model United Nations (KMUN) Winter Conference
yang kami ikuti sudah berlangsung selama 6 tahun berturut-turut dan selalu
diselenggarakan oleh Korea University Anam Campus. Sekedar informasi, Model
United Nations (MUN) merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan di
banyak negara dari tingkatan SMA dan universitas. Tujuannya adalah memberikan
pengalaman kepada para peserta mengenai isu-isu global yang berlangsung serta
menyediakan sarana untuk belajar bernegosiasi, berdebat, hingga menjalin
pertemanan. Untuk mengetahui tentang kegiatan MUN di berbagai negara dan kapan
berlangsungnya, bisa dicek di website resminya di sini.
Untuk mengikuti KMUN kita harus mendaftar sesegera
mungkin ketika pendaftaran dibuka karena daftar peserta yang bisa mengikuti
konferensi ini sangat terbatas. Selain itu KMUN merupakan salah satu konferensi
MUN yang cukup diminati oleh beberapa perserta dari luar Korea, khususnya
peserta asal Indonesia yang selalu saja berpartisipasi setiap tahunnya.
Dalam setiap konferensi MUN, peserta diberikan
berbagai pilihan untuk mendaftar Student Officer, Administration Staff, ataupun
peserta. Untuk mendaftar dan tahu informasi lebih mengenai Korea Model United
Nations (KMUN) kita bisa mengakses semua informasi yang dibutuhkan di website
resminya di sini.
Program yang dibuka biasanya dibedakan menjadi
dua, yakni bagi peserta yang pernah mengikuti MUN sebelumnya (experienced) dan bagi peserta pemula di
MUN (standard). Setiap tahunnya, agenda yang dibuka berbeda misalnya
International Court of Justice (ICJ), International Telecommunication Union
(ITU), lain sebagainya. Saat mengikuti KMUN 2013, kami memilih
program standard karena kami sama sekali belum pernah mengikuti MUN
sebelumnya. Adapun agenda yang kami dapatkan adalah Economy and Social Council
(ECOSOC).
***ABOUT ECOSOC***
ECOSOC merupakan satu dari lima badan inti dari PBB yang secara
khusus
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan sosial dan
ekonomi di PBB.
Dengan beranggotakan 54 negara, ECOSOC menyediakan forum khusus
untuk membahas
permasalahan-permasalahan mengenai kegiatan ekonomi dan sosial.
Terdapat dua agenda yang akan dibahas oleh delegasi
dalam Komite ECOSOC, diantaranya: Krisis Kepadatan Penduduk di Dunia
dan Perluasan Penggunaan ODA (Official Development Assistance) atau
Bantuan Sosial Bagi Negara-Negara Berkembang. Sehingga sepanjang 4 hari
kedepan, para peserta akan membahas semua permasalah mengenai kedua topik
tersebut hingga akhirnya menghasilkan resolusi yang disetujui oleh mayoritas
delegasi.
Sekitar satu minggu sebelum konferensi dimulai,
para delegasi akan dikirimkan email mengenai peraturan yang sudah disusun rapi
dalam sebuah booklet. Sepanjang berlangsungnya konferensi, para delegasi
diharuskan mengenakan pakaian rapi dan resmi. Pria diharuskan mengenakan jas
dan dasi sementara pria harus mengenakan blazer (Dephie bahkan harus membeli
banyak perlengkapan untuk mengikuti konferensi ini). Setiap delegasi juga akan
mewakili negara-negara yang terdaftar di PBB. Aku mewakili Mongolia dan Dephie
mewakili Iran.
Satu tugas penting yang harus dilakukan sebelum
berangkat konferensi berlangsung adalah melakukan riset mengenai negara yang
akan kita wakili dan bagaimana pandangan negara tersebut tentang agenda yang
akan dibahas. Semua riset tersebut dituangkan dalam sebuah halaman yang disebut
dengan Position Paper. Position Paper merupakan salah satu bahan yang sangat
penting karena melalui position Paper, seorang delegasi bisa mengetahui
bagaimana harus bersikap selama berlangsungnya konferensi. Namun para delegasi
hanya perlu memilih salah satu agenda dari dua agenda yang dibahas untuk
ditulis di Position Paper-nya. Aku dan Dephie memutuskan untuk mengambil agenda
Krisis Kepadatan Penduduk di Dunia.
Menulis Position Paper merupakan kegiatan yang
menyebalkan karena kami harus melakukan riset mengenai sebuah negara yang asing
dan harus menuliskannya dalam sebuah halaman mengenai kondisi negara tersebut
sesuai dengan agenda yang akan dibahas. Selain itu dikarenakan waktu yang
begitu singkat untuk mempersiapkan liburan serta KMUN, kami tidak punya banyak
waktu untuk melakukan riset yang mendalam untuk menulis Position Paper.
Berikut ini contoh Position Paper aku waktu
mengikuti KMUN 2013. Ini memang tulisan yang tidak bagus sama sekali karena
dikerjakan ngebut dalam satu hari.
***POSITION PAPER***
Korea Model United Nations 2013
(Position Paper)
Committee
: The Economic and Social Council (ECOSOC)
Topic
A : Addressing the
Global Population Crisis
Country
: Mongolia
The population in the
world currently has reached more than 7 billion and it is predicted to reach
10.1 billion in the next ninety years (2103) according to the medium variant of
the 2010 Revision of World Population Prospects. These numbers come from the high-fertility
countries, which comprise countries such as Africa, Asia, Oceania, and Latin
America. The population density in the world resulted people at risk of
poverty; difficulty accessing primary health care, education, job; crime;
violence and vandalism. Moreover, the imbalance population density between
developed and developing countries will result disproportion development and
social life structure on earth.
According to the United
Nations Statistic Division, the population number of the Mongolia has reached
up to 2,6 million in 2009. However, Mongolia is still in the range of the
lowest population density countries in the world with population density of approximately
4 people per square mile. In order to deal with this drop in new babies, the
government launched a medal called the "First Order of Glorious
Motherhood" along with about $154 for women who have six or more children
and a "Second Order of Glorious Motherhood" honor plus $77 for women
who have four children. On the other hand, for married young women who had no
kids, they had to pay a special tax.
The international
community has made the issue of world population crisis as one of the world’s
priority concern. On September 1994, The Fifth International Conference on
Population and Development was held in Cairo. More than 180 States participated
in this event to achieve the effective integrate population issues into
socio-economic development proposals and also to gain a better quality of life
for all individuals, especially those of future generations. In 1999, the
United Nations came into a special General Assembly Session to review and
appraise the implementation of the Programme of Action adopted at the 1994
Conference. It seems, the existence of the world population issue has become an
important problem of the world.
The government has
devoted a lot to projects to support the important of the balance population
density around the world. Mongolia government is involved in the international
NGOs working on the issues. One of the national priorities is maintaining the
average annual population growth rate at no less than 1.8 percent. In 1992, the
Ministry of Population Policy and Labor was established in Mongolia and an
officer was appointed to deal with population problems. Mongolia put a highly
concern about the world population crisis issue because the estimated annual
population growth rate of Mongolia now is 1.54 percent; it is projected in the next
20 years, the population will be double.
Mongolian Government
believes the population issue is a universal concern because it has expanded
worldwide and the impact of the uncontrolled population will hit all
nations. It should be maintaining either developed or developing country.
And the cooperation between countries could gradually level of the birth rate
to the replacement rate. Mongolia has recommended that it is the time for
developed countries to support the developing countries to run out from this
situation. Mongolia also supports the work of the UN about achieving the
Millennium Development Goals which most of the goals refer to the world
population issues. World population is increasing every second and it is our
responsibility to control it together to support the world sustainable
development strategy for a better future.
Setelah semuanya persiapan sudah dilengkapi dan
kami sudah berpakaian rapi, pukul 9 pagi kami memutuskan untuk keluar dari
hostel dan memulai perjalanan pertama kami menuju Korea University.
***KOREA UNIVERSITY***
Sebelumnya aku pernah menyebutkan mengenai
perkerjaan volunteer kami sebagai LO
sehingga kami kenal dengan Hyeong?
Nah... saat itu Hyeong membawa 15 mahasiswa dari
jurusan olahraga Korea University ke Jakarta. Ya... benar sekali! Mahasiswa
dari Korea University yang mempertemukan kami dengan Hyeong dan mendekatkan
kami dengan Korea... dan saat ini kami sedang menuju ke kampus itu. Korea
University!
Udara di luar hostel begitu dingin menusuk
ketika kami keluar dengan pakaian yang begitu formal dan tas berisikan
perlengkapan KMUN kami. Untuk sampai ke Korea University, kami menggunakan MRT
menuju Stasiun Anam yang lokasinya ternyata sangat dekat dengan hostel. Agenda
di hari pertama akan dimulai pukul 12.30 di mana semua delegasi harus mendaftar
ulang untuk memastikan keikutsertaan mereka dalam konferensi KMUN.
Namun, kami memutuskan untuk keluar dari hostel
lebih cepat dikarenakan kami sudah janji dengan Prof. Hong yang merupakan salah
satu professor yang bekerja di Kementerian Perikanan dan Kelautan Korea.
Perkenalan dengan Prof. Hong berlangsung di Jakarta ketika beliau menghadiri
seminar tentang kerjasama kelautan dengan pemerintah Indonesia. Untunglah
kantor Prof. Hong dekat dengan Korea University sehingga ketika kami
memberitahukan jika kami akan mengunjungi Seoul, beliau begitu senang dan ingin
bertemu kami. Maka kami langsung membuat janji untuk makan siang bersama Prof.
Hong sebelum memulai KMUN kami.
***JAMUAN MAKAN ORANG KOREA***
Satu hal yang perlu diketahui tentang orang
Korea yaitu mereka sangat bersahabat dan begitu senang untuk menjamu setiap
tamunya. Mereka akan sangat senang jika bisa mengundang kita makan bersama
terlebih jika kita memperlihatkan sikap menghormati dan menyukai makanannya.
Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai di
Korea University. Kesan pertama melihat kampus ini adalah kemegahannya.
Bangunan Korea University terlihat begitu mencolok dari kejauhan namun sayangnya
mengadopsi ciri khas bangunan barat. Tidak terlihat adanya unsur tradisional
walaupun nama kampus ini menyusung nama negaranya. Namun Korea University tetap
megah dan indah. Terlebih lapangan utamanya yang membentang luas di mana di
tengah-tengahnya terdapat air mancur yang sengaja dimatikan di musim dingin
(namun saat itu seluas pandangan yang bisa kami lihat hanya hamparan salju yang
membentang luas dan sangat langkah untuk dilihat). Menurutku, Korea University
pantas untuk dimasukkan ke dalam itinerary perjalanan jika kita mengunjungi
Korea. Tempat ini memang indah.
Seperti di Eropa |
Di Atas Air Mancur di Tengah Lapangan Utama |
Beberapa saat setelah itu kami melihat jika Prof.
Hong sudah menunggu di depan gerbang utama Korea University di mana pilar-pilar
indah menjulang tinggi dan terlihat indah. Prof. Hong mengajak kami untuk pergi
makan siang dengan menaiki taksi. Beliau menanyakan makanan apa saja yang sudah
kami coba selama di Korea dan beliau sangat ingin mengajak kami untuk makan
Kalbi. Kalbi sendiri merupakan salah satu makanan termahal dan paling diminati
di Korea. Kami jelas tidak pernah menolak jika diajak makan enak.
Bersama Prof. Hong di Gerbang Utama Korea University |
Restoran yang kami tuju jelas sangat dekat
dengan Korea University terlebih Prof. Hong tahu jika kami harus kembali ke
universitas sebelum jam satu. Restoran yang kami datangi terlihat masih
mengusung unsur tradisional dan menurut Prof. Hong, restoran tersebut merupakan
salah satu restoran paling terkenal dengan menu andalan kalbinya.
Kalbi merupakan menu makanan di mana daging sapi
dibakar langsung di tungku pembakaran yang terdapat di meja. Side dish-nya
jelas banyak sekali. Aku sangat suka makan kalbi dengan menggulungnya pada daun
salad lalu dicampurkan dengan berbagai jenis bumbu dan saus kemudian dimakan
bersamaan. Saat itu juga pertama kalinya kami memakan mie dingin. Ini jelas
salah satu makanan yang paling tidak kusukai karena mie ini sangat aneh
rasanya. Bayangkan! Seumur hidup aku belum pernah memakan mie dengan kuah
banyak dan hanya terdapat dua irisan daging sapi dengan mie panjang dan kenyal namun
di tengah-tengahnya terdapat dua balok es batu! Wow! Konon mie dingin merupakan
makanan favorite orang Korea di kala musim panas. Tapi lidah Indonesiaku sama
sekali tidak cocok dengan makanan ini. Terlebih menurutku rasa mie dingin
hambar seolah tidak mengunakan garam atau penyedap makanan.
Namun karena Prof.Hong ingin kami mencoba semua makanan yang belum pernah kami santap di Korea, makanya dia menginginkan kami mencoba mie dingin.
Mie Dingin yang Sayangnya Tidak Cocok di Lidahku |
Seharusnya Makanan ini Disediakan di Saat Musim Panas |
Kalbi. Jelas Makanan ini ENAK BANGET |
Side Dish Makanan Korea Memang Banyak! |
Bersama Prof. Hong |
Setelah kenyang dan mengobrol banyak dengan Prof. Hong, akhirnya kami diantarkan kembali menuju Korea University. Kami mengucapkan salam perpisahan dan sangat berharap bisa bertemu lagi dengan beliua suatu saat nanti. Setelah itu kami memulai menjajaki hari pertama kami di konferensi KMUN.
***SEPUTAR KAMPUS DI KOREA***
Di Korea, terdapat tiga perguruan tinggi
terfavorit dan menduduki peringkat tertinggi (ketiganya dianggap setara).
Ketiganya adalah Seoul University, Korea University, dan Yonsei University.
Untuk sampai di tempat konferensi, kami harus
berjalan dengan hati-hati melewati tumpukkan es yang menggunung dan licin. Di
lobi gedung, kami sudah bisa melihat banyak sekali peserta yang berkumpul untuk
melakukan daftar ulang peserta. Setelah mendaftar ulang dan mendapatkan name
tag, kami segera menuju sebuah kelas yang dijadikan ruang untuk delegasi ECOSOC
karena acara pembukaan akan segera dimulai.
![]() |
Batu di Dekat Venue Acara |
![]() |
Name Tag KMUN |
Salah satu kelemahan di KMUN menurutku adalah
peserta yang banyak tidak diimbangi dengan gedung pelaksanaan yang memadai. Hal
ini disebabkan kegiatan KMUN dilaksanakan di Gedung Pembelajaran Bahasa Korea
Untuk Penutur Asing sehingga aula yang dijadikan sebagai venue untuk acara
pembukaan tidak bisa menampung semua delegasi yang ikut. Oleh karena itu, hanya
delegasi SMA yang diizinkan untuk masuk ke dalam aula dan mengikuti acara
pembukaan secara langsung sementara beberapa delegasi lain harus puas mengikuti
acara pembukaan dari layar projector di ruang kelas yang diproyeksikan secara
langsung dari aula tempat dilaksanakan acara pembukaan.
Pukul 2 siang acara pembukaan dimulai dan berlangsung
lancar. Kemudian kami mulai memasuki ruang tempat konferensi akan dimulai di
mana semua delegasi sudah disediakan ruangan khusus sesuai komitenya
masing-masing.
Ruangan kelas di Korea University menurutku
sangat indah. Semuanya difasilitasi dengan layar proyektor yang bagus dan
berkesan modern. Di dalam ruangan, semua bangku sudah diatur berdasarkan abjad nama
negara yang akan diwakili oleh setiap delegasi. Di setiap meja sudah dilengkapi
papan nama dan bendera negara yang diwakili.
Jujur selama mengikuti konfrensi KMUN ini, aku
sangat tidak siap dengan semuanya, terlebih dengan position paper yang ditulis
hanya dalam waktu satu hari dan minimnya informasi mengenai kegiatan MUN.
Dikarenakan hari itu adalah hari pertama, maka setelah dilakukan pengenalan
peraturan dan latihan bagaimana kegiatan MUN berlansung, kami memulai session
pertama dan selesai pukul 7 malam.
***TERTIB WAKTU DI KOREA***
Di Korea, jam karet tidak berlaku. Orang Korea
sangat menghargai waktu dan selama konferensi
berlangsung,
semua berlangsung TEPAT WAKTU!
Tidak meleset sedetikpun.
Di hari pertama kami sudah mulai berteman dengan
anggota sesama delegasi di ECOSOC. Di komite kami, delegasinya didominasi oleh
peserta asal Korea. Kami bertemu dengan sembilan mahasiswa asal Indonesia, satu
mahasiswa dari Hongkong, dan satu lagi peserta dari Finlandia yang sedang
menempuh pendidikan di Korea University.
Malam itu setelah acara bubar, aku dan Dephie
memutuskan untuk makan malam bersama dengan teman baru kami dari Hongkong yang
bernama Christy. Dia merupakan salah satu mahasiswa yang cantik dan cerdas.
Christy mengikuti KMUN bersama dua orang temannya, yakni Leo dan Shandy di mana
keduanya sama-sama tergabung di program Experienced. Namun sangat disayangkan
Leo tidak bisa makan malam bersama kami.
Tidak jauh dari Korea University, kami menemukan
sebuah tempat makan yang sederhana tapi terlihat enak. Makanan yang kami makan
sama persis dengan makanan kami malam sebelumnya bersama Hyeong dan
keluarganya. Sebagaian besar makanan di Korea dimasak lansung di atas meja dan
orang Korea sangat suka memasak makanannya sambil mengobrol dan meneguk soju.
Namun untuk pengunjung atau turis, si pemilik restoran akan tahu dan mereka
akan membantu kita dalam memasak.
Makan Malam Bersama Christy dan Shandy |
Kreasi Pemilik Restoran |
Kami mengobrol hingga malam bersama Christy dan
Shandy. Kami sangat senang bertemu mereka karena keduanya begitu bersahabat.
Setelah malam mulai larut, kami memutuskan untuk pulang kembali ke hostel
karena besok pagi committee session pertama akan berlangsung pukul 10 pagi—TEPAT
PUKUL 10.
Hari pertama kami selama KMUN ternyata tidak
begitu buruk. Mengikuti konferensi internasional seperti ini jelas banyak
memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbanyak teman dari berbagai negara—dan
kami suka hal itu.
***RINCIAN PENGELUARAN***
Makan Malam: 100 ribu rupiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar